Elemen apa saja yang sebaiknya dinilai dalam performance appraisal? Berdasar sejumlah literatur dan pengalaman praktis, terdapat dua elemen kunci yang mesti dievaluasi. Elemen atau komponen itu adalah 1) aspek kompetensi atau perilaku kerja karyawan dan 2) aspek hasil kerja (job resylts).
Anda bisa mendownload slide presentasi tentang performance appraisal secara gratis DISINI.
Elemen 1 : Aspek kompetensi pegawai.
Aspek ini pada dasarnya hendak mengevaluasi kecakapan atau perilaku kerja para karyawan dalam sejumlah aspek tertentu. Jenis kompetensi yang di-evaluasi pada setiap perusahaan berbeda-beda tergantung pada visi dan strategi yang dilakukan perusahaan yang bersangkutan. Namun jenis kompetensi yang lazim digunakan antara lain adalah : problem solving, communication skills, planning and organizing, customer orientation, dan teamwork.
Selanjutnya, daftar kompetensi ini diberi skala 1 – 5 (dimana 1 = buruk dan 5 = istimewa). Secara periodik (misal setiap semester), atasan diminta untuk memberikan skor berdasar skala yang sudah disusun tadi. Sebaiknya ketika memberikan penilaian berupa skala angka, maka dalam form disediakan juga ruang untuk deskripsi bukti perilaku. Tujuannya adalah agar ketika si atasan memberikan nilai 2 atau 3 misalnya, ia juga diminta menuliskan deskripsi perilaku untuk menunjang mengapa ia memberikan angka tersebut. Dengan demikian, angka yang dicantumkan tidak sekedar asal-asalan namun didukung oleh bukti perilaku yang tertulis. Hal ini juga dimaksudkan untuk mendorong agar sang atasan ketika memberikan penilaian, hasilnya benar-benar didasarkan pada fakta objektif hasil dari observasi perilaku anak buahnya; dan bukan atas dasar perasaan yang tidak didukung oleh bukti perilaku yang valid.
Elemen 1 : Aspek Hasil Kerja Karyawan (job results)
Selain komponen kompetensi, sebaiknya sistem evaluasi karyawan dilengkapi dengan komponen berikutnya yakni : komponen hasil kinerja (performance). Komponen ini intinya bertujuan untuk memetakan hasil kerja karyawan dalam serangkaian key performance indicators (KPI) yang jelas dan bisa diukur. Contoh-contoh KPI untuk berbagai fungsi/departemen dapat dilihat pada uraian berikut.
Contoh KPI Departemen
• Jumlah produksi yang dihasilkan per shift
• Persentase jumlah order yang dapat dipenuhi tepat waktu
Contoh KPI Departemen Marketing
• Jumlah pertumbuhan penjualan
• Persentase Market Share
• Brand Awareness Index
Contoh KPI Departemen HRD
• Jumlah biaya pegawai sebagai persentase dari total biaya operasi
• Jumlah on the job training yang diselenggarakan dalam kurun waktu tertentu
• Persentase karyawan yang melakukan proses developmental coaching pasca kegiatan pelatihan
Setelah serangkaian KPI dapat dirumuskan dengan baik, maka selanjutnya ditetapkan target yang hendak dicapai untuk setiap KPI yang telah disusun. Dengan model ini maka hasil skor evaluasi karyawan tinggal membandingkan target terukur yang telah ditetapkan dengan hasil aktual yang dicapai.
Demikianlah kombinasi dua komponen kunci – yakni komponen kompetensi dan komponen hasil kerja (performance) – yang mestinya dijadikan sandaran untuk proses evaluasi karyawan. Selanjutnya skor akhir dari kedua komponen diatas digabungkan untuk mendapatkan skor akhir penilaian karyawan. Skor akhir inilah yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk menentukan besaran kenaikan gaji setiap karyawan atau besarnya bonus yang akan diterima.